Selasa, 16 Desember 2014

Jalan-jalan ke Semarang


Lawang Sewu Semarang

Lawang Sewu adalah bangunan kuno peninggalan Belanda yang dibangun pada 1904. Di masa awal, gedung ini adalah kantor pusat perusahaan kereta api (trem) Belanda.

Bangunan Lawang Sewu memiliki pintu yang banyak, jumlah lubang pintunya terhitung sebanyak 429 buah, dengan daun pintu lebih dari 1.200. Itulah sebab mengapa masyarakat Semarang menamakannya Lawang (pintu) – Sewu (seribu).

Masjid Agung Jawa Tengah 

Adalah masjid yang terletak di Semarang, provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Masjid ini mulai dibangun sejak tahun 2001 hingga selesai secara keseluruhan pada tahun 2006. Masjid ini berdiri di atas lahan 10 hektare. Masjid Agung diresmikan oleh Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 14 November 2006. Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) merupakan masjid provinsi bagi provinsi Jawa Tengah.

Sejarah--Keberadaan bangunan masjid ini tak lepas dari Masjid Besar Kauman Semarang. Pembangunan MAJT berawal dari kembalinya tanah banda (harta) wakaf milik Masjid Besar Kauman Semarang yang telah sekian lama tak tentu rimbanya. Raibnya banda wakaf Masjid Besar Kauman Semarang berawal dari proses tukar guling tanah wakaf Masjid Kauman seluas 119.127 ha yang dikelola oleh BKM (Badan Kesejahteraan Masjid) bentukan Bidang Urusan Agama Depag Jawa Tengah. Dengan alasan tanah itu tidak produktif, oleh BKM tanah itu di tukar guling dengan tanah seluas 250 ha di Demak lewat PT. Sambirejo. Kemudian berpindah tangan ke PT. Tensindo milik Tjipto Siswoyo.

Hasil perjuangan banyak pihak untuk mengembalikan banda wakaf Masjid Besar Kauman Semarang itu ahirnya berbuah manis setelah melalui perjuangan panjang. MAJT sendiri dibangun di atas salah satu petak tanah banda wakaf Masjid Besar Kauman Semarang yang telah kembali tersebut.

 

Gereja Blenduk 

(kadang-kadang dieja Gereja Blendug dan seringkali dilafazkan sebagai mBlendhug) adalah Gereja Kristen tertua di Jawa Tengah yang dibangun oleh masyarakat Belanda yang tinggal di kota itu pada 1753, dengan bentuk heksagonal (persegi delapan). Gereja ini sesungguhnya bernama Gereja GPIB Immanuel, di Jl. Letjend. Suprapto 32. Kubahnya besar, dilapisi perunggu, dan di dalamnya terdapat sebuah orgel Barok. Arsitektur di dalamnya dibuat berdasarkan salib Yunani. Gereja ini direnovasi pada 1894 oleh W. Westmaas dan H.P.A. de Wilde, yang menambahkan kedua menara di depan gedung gereja ini. Nama Blenduk adalah julukan dari masyarakat setempat yang berarti kubah. Gereja ini hingga sekarang masih dipergunakan setiap hari Minggu. Di sekitar gereja ini juga terdapat sejumlah bangunan lain dari masa kolonial Belanda.

Curug Lawe 

Adalah air terjun yang berada di Kawasan Gunung Ungaran di Semarang. Di Curug Lawe airnya benar-benar bersih dan tentu kondisi alam di sekitarnya sangat indah. Curug Lawe dan Benowo berada disebelah utara anak-anak Gunung Ungaran dan menjadi hulu Kali Banjir Kanal Barat atau Kali Garang di kota Semarang

Disebut Curug Lawe karena air yang jatuh dari tebing curam itu terlihat bagai benang-benang putih, yang dalam bahasa jawa disebut lawe. Versi lain menjelaskan dinamakan Curug Lawe karena konon jumlah air terjun yang ada, baik dari yang besar hingga yang terkecil berjumlah 25 buah yang dalam bahasa jawa Selawe.


Pagoda Avalokitesvara

Pagoda Avalokitesvara bisa dicapai dari pusat kota dengan berkendara selama setengah jam. Bentuk dan warna bangunan pagoda setinggi 45 meter ini cukup mencolok, sehingga menemukannya bukan perkara sulit. Rasakan suasana Tiongkok yang kental di pagoda ini. Terdapat patung Bodhisattva Avalokitesvara, atau yang juga dikenal sebagai Dewi Kwan Sie Im Po Sa di area dalam. Pengunjung banyak yang berdoa dan melakukan ritual Tjiam Shi di hadapan patung ini, dan berharap diberkahi kasih sayang oleh sang dewi agar hidupnya senantiasa beruntung.

Sambil menikmati arsitekturnya yang indah, kita juga bisa mencoba membaca peruntungan nasib. Goyangkan wadah berisi bilah-bilah bambu hingga salah satu bilah ada yang terjatuh.  Lalu, minta penjaga pagoda untuk berbaik hati membacakan hasill ramalan nasib tersebut. Jika setelah percobaan ketiga menggoyangkan wadah namun tidak ada satupun bambu yang jatuh, itu tandanya kamu tidak beruntung dan bisa mencoba lagi di lain hari.

 

Kelenteng Sam Poo Kong

Banyak yang menyebut Kelenteng Sam Poo Kong sebagai Kelenteng Cheng Ho. Sedikit membingungkan karena penjelajah Tiongkok era 1405 – 1433 itu adalah seorang muslim. DiSurabaya ada masjid Cheng Ho, demikian halnya di Palembang dan Pasuruan. Masjid-masjid tersebut dibangun untuk menandai perjalanan Cheng Ho ke lokas-lokasi tersebut.

Komplek Kelenteng Sam Poo Khong terletak di kawasan Gedong Batu. Di pelataran beridir patung Laksamana Cheng Ho dalam ukuran jumbo. Selain patung, masih ada lagi objek yang lebih penting dan menarik, yakni Gua Sam Poo Khong dan Kelenteng Besar. Gua Sam Poo Khong menjadi istimewa karena gua tersebut dipercaya sebagai petilasan Cheng Ho ketika awak kemudi armada kapalnya sakit keras. Gua berdinding batu ini juga memiliki sumber mata air abadi. Di dalam area komplek yang sama, juga terdapat Kelenteng Tho Tee Kong dan empat tempat pemujaan lain. Umat Tri Dharma di Semarang aktif beribadah di kelenteng ini.