Jalan-jalan ke Semarang
Lawang Sewu Semarang
Lawang Sewu adalah bangunan kuno peninggalan Belanda yang dibangun
pada 1904. Di masa awal, gedung ini adalah kantor pusat perusahaan
kereta api (trem) Belanda.
Bangunan Lawang Sewu memiliki pintu yang banyak, jumlah lubang
pintunya terhitung sebanyak 429 buah, dengan daun pintu lebih dari
1.200. Itulah sebab mengapa masyarakat Semarang menamakannya Lawang
(pintu) – Sewu (seribu).
Masjid Agung Jawa Tengah
Adalah masjid yang terletak di Semarang, provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Masjid ini mulai dibangun sejak tahun 2001 hingga selesai secara
keseluruhan pada tahun 2006. Masjid ini berdiri di atas lahan 10
hektare. Masjid Agung diresmikan oleh Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 14 November 2006. Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) merupakan masjid provinsi bagi provinsi Jawa Tengah.
Sejarah--Keberadaan bangunan masjid ini tak lepas dari Masjid Besar Kauman Semarang.
Pembangunan MAJT berawal dari kembalinya tanah banda (harta) wakaf
milik Masjid Besar Kauman Semarang yang telah sekian lama tak tentu
rimbanya. Raibnya banda wakaf Masjid Besar Kauman Semarang berawal dari
proses tukar guling tanah wakaf Masjid Kauman seluas 119.127 ha yang
dikelola oleh BKM (Badan Kesejahteraan Masjid) bentukan Bidang Urusan
Agama Depag Jawa Tengah. Dengan alasan tanah itu tidak produktif, oleh
BKM tanah itu di tukar guling dengan tanah seluas 250 ha di Demak lewat
PT. Sambirejo. Kemudian berpindah tangan ke PT. Tensindo milik Tjipto
Siswoyo.
Hasil perjuangan banyak pihak untuk mengembalikan banda wakaf Masjid
Besar Kauman Semarang itu ahirnya berbuah manis setelah melalui
perjuangan panjang. MAJT sendiri dibangun di atas salah satu petak tanah
banda wakaf Masjid Besar Kauman Semarang yang telah kembali tersebut.
Gereja Blenduk
(kadang-kadang dieja Gereja Blendug dan seringkali dilafazkan sebagai mBlendhug) adalah Gereja Kristen tertua di Jawa Tengah yang dibangun oleh masyarakat Belanda yang tinggal di kota itu pada 1753, dengan bentuk heksagonal (persegi delapan). Gereja ini sesungguhnya bernama Gereja GPIB Immanuel,
di Jl. Letjend. Suprapto 32. Kubahnya besar, dilapisi perunggu, dan di
dalamnya terdapat sebuah orgel Barok. Arsitektur di dalamnya dibuat
berdasarkan salib Yunani. Gereja ini direnovasi pada 1894 oleh W. Westmaas dan H.P.A. de Wilde, yang menambahkan kedua menara di depan gedung gereja ini. Nama Blenduk adalah julukan dari masyarakat setempat yang berarti kubah.
Gereja ini hingga sekarang masih dipergunakan setiap hari Minggu. Di
sekitar gereja ini juga terdapat sejumlah bangunan lain dari masa
kolonial Belanda.
Curug Lawe
Adalah air terjun yang berada di Kawasan Gunung Ungaran di Semarang.
Di Curug Lawe airnya benar-benar bersih dan tentu kondisi alam di
sekitarnya sangat indah. Curug Lawe dan Benowo berada disebelah utara
anak-anak Gunung Ungaran dan menjadi hulu Kali Banjir Kanal Barat atau Kali Garang di kota Semarang
Disebut Curug Lawe karena air yang jatuh dari tebing curam itu terlihat bagai benang-benang putih, yang dalam bahasa jawa disebut lawe.
Versi lain menjelaskan dinamakan Curug Lawe karena konon jumlah air
terjun yang ada, baik dari yang besar hingga yang terkecil berjumlah 25
buah yang dalam bahasa jawa Selawe.
Pagoda Avalokitesvara
Pagoda Avalokitesvara bisa dicapai dari
pusat kota dengan berkendara selama setengah jam. Bentuk dan warna
bangunan pagoda setinggi 45 meter ini cukup mencolok, sehingga
menemukannya bukan perkara sulit. Rasakan suasana Tiongkok yang kental
di pagoda ini. Terdapat patung Bodhisattva Avalokitesvara, atau yang
juga dikenal sebagai Dewi Kwan Sie Im Po Sa di area dalam. Pengunjung
banyak yang berdoa dan melakukan ritual Tjiam Shi di hadapan patung ini,
dan berharap diberkahi kasih sayang oleh sang dewi agar hidupnya
senantiasa beruntung.
Sambil menikmati arsitekturnya yang
indah, kita juga bisa mencoba membaca peruntungan nasib. Goyangkan wadah
berisi bilah-bilah bambu hingga salah satu bilah ada yang terjatuh.
Lalu, minta penjaga pagoda untuk berbaik hati membacakan hasill ramalan
nasib tersebut. Jika setelah percobaan ketiga menggoyangkan wadah namun
tidak ada satupun bambu yang jatuh, itu tandanya kamu tidak beruntung
dan bisa mencoba lagi di lain hari.
Kelenteng Sam Poo Kong
Banyak yang menyebut Kelenteng Sam Poo
Kong sebagai Kelenteng Cheng Ho. Sedikit membingungkan karena penjelajah
Tiongkok era 1405 – 1433 itu adalah seorang muslim. DiSurabaya ada
masjid Cheng Ho, demikian halnya di Palembang dan Pasuruan.
Masjid-masjid tersebut dibangun untuk menandai perjalanan Cheng Ho ke
lokas-lokasi tersebut.
Komplek Kelenteng Sam Poo Khong terletak
di kawasan Gedong Batu. Di pelataran beridir patung Laksamana Cheng Ho
dalam ukuran jumbo. Selain patung, masih ada lagi objek yang lebih
penting dan menarik, yakni Gua Sam Poo Khong dan Kelenteng Besar. Gua
Sam Poo Khong menjadi istimewa karena gua tersebut dipercaya sebagai
petilasan Cheng Ho ketika awak kemudi armada kapalnya sakit keras. Gua
berdinding batu ini juga memiliki sumber mata air abadi. Di dalam area
komplek yang sama, juga terdapat Kelenteng Tho Tee Kong dan empat tempat
pemujaan lain. Umat Tri Dharma di Semarang aktif beribadah di kelenteng
ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar